Nelayan Merugi, Warga Langkat Enggan Makan Ikan Terkait Isu Babi
Langkat – Merebaknya isu bangkai babi yang dibuang ke sungai hingga ke laut, berdampak negatif terhadap perekonomian nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Hal itu dijelaskan Kepala Desa Jaring Halus, H Usman, Senin (18/11).
Sepekan terakhir ratusan nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, enggan melaut, karena hasil tangkapan tidak laku dijual dampak dari merebaknya bangkai babi yang dibuang ke sungai hingga ke laut.
Dijelaskan Usman, sebanyak 800 an warganya yang berprofesi sebagai nelayan tangkap tidak melaut karena hasil tangkapan berupa ikan tidak laku dijual ke penampung atau pengepul (tauke). Semua itu dampak dari merebaknya isu bangkai babi yang dibuang ke sungai hingga ke laut.
“Sudah seminggu mereka (nelayan) tidak melaut, karena ikan tidak laku dijual, penampung tidak mau membeli ikan dari nelayan karena penampung tidak bisa menjual ikan ke konsumen karena konsumen yang biasa menkonsumsi ikan tidak lagi mau membeli ikan dampak dari isu bangkai babi,” jelas Usman.
Padahal, lanjut Usman, ikan hasil tangkapan dari nelayan di desanya aman untuk dikonsumsi, tapi masyarakat konsumen sudah terlanjur termakan isu bangkai babi sehingga ikan hasil tangkapan nelayan tidak laku dipasaran.
Cek Piah (50) salah seorang ibu rumah tangga nelayan di desa itu membenarkan bahwa ikan tidak laku di desanya, penampung tidak mau membeli ikan dari nelayan karena isu bangkai babi. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari para ibu-ibu membantu mencari kerang. “Ikan tidak laku, suami tidak melaut, kami bantu cari kerang untuk belanja sehari-hari,” katanya.
Cek Piah berharap hal semacam ini tidak lama berlanjut, karena itu sangat berdampak bagi para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah seorang penampung ikan di Desa Jaring Halus Iwan Jangkung (45) mengatakan, sudah lebih seminggu ikan tidak laku di pasar karena isu bangkai babi tersebut. Padahal para nelayan menangkap ikan itu di laut tengah yang jaraknya ratusan mil. “Pasokan ikan dari saya yang dikirim ke pasar, sudah dua kali dikembalikan karena tidak ada yang beli di pasar, akhirnya ikan tersebut saya bagikan ke warga setempat, karena warga, karena warga Jaring Halus tidak takut makan ikan,” jelasnya.
Iwan berharap hal takut makan ikan ini tidak berlangsung lama, karena bisa membuat nelayan terancam tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kepada pemerintah daerah diharapkan dapat membantu mensosialisasikan makan ikan asal Jaring Halus tidak berbahaya. ( Bnews – Hidayat)