Cinta Tergadai
Ibrahim sejak muda sudah diuji cinta dan pengorbanannya. Apakah ia lebih mencintai ayahnya atau keyakinannya. Ayahnya sebagai pengerajin “tuhan” (pembuat berhala) memerintahkan dirinya untuk memasarkan benda thogut itu kepada orang lain. Jiwa marketing turunan ayahnya tiba-tiba hilang sesaat, namun ia tetap berkorban menjual barang haram tersebut dengan gaya khasnya tanpa melukai perasaan ayahnya, dan pastinya tidak melukai tauhidnya pada Allah. Ibrahim pintar mengelola cinta, cintanya kepada Allah tidak menghanguskan cinta ayahnya kepadanya.
Ibrahim pernah berdiskusi hebat kepada oposisi dakwahnya Namrud. Namrud terpojok dan diapun kalah telak tanpa mendapat angka subsidi sama sekali, skor kosong berada di pihak Namrud. Ia murka, hingga Ibrahim diberi sanksi untuk dibakar hidup-hidup. Ibrahim menerimanya dengan keridhoan dibalut untaian doa pembuktian cinta Allah kepadanya. Saat itu ia sedang diuji antara pengorbanan jiwanya dengan cintanya pada Allah, saat itu ia sukses mempertahankan cintanya tanpa tersakiti sedikitpun oleh jilatan api yang membara.
Kembali Ibrahim diuji cintanya, di saat cintanya sedang memuncak terhadap istrinya siti Sarah, ia didorong sang istri untuk menikah kembali demi mendapatkan buah hati, sebab ada kekhawatiran pada diri mereka belum memperoleh dzuriyat penyambung cinta pewaris dakwah. Akhirnya, Ia melakukan pengorbanan cinta tanpa melukai perasaan istrinya sama sekali.
Setelah kelahiran Ismail melalui rahim bunda Hajar, kecintaannya kembali diuji, dan itu berketepatan saat cintanya sedang membuncah terhadap Ismail kecil yang menggemaskan. Ia diperintah untuk menyembelih Ismail, itupun langsung dieksekusinya. Pengorbanan cinta yang utuh, namun lagi-lagi pengorbanan itu tak melukai Ismail sama sekali.
Cintanya juga pernah diuji Allah terhadap keluarganya saat ia diperintahkan untuk meninggalkan anak istrinya di Bakkah tempat gersang tak berpenghuni. Tapi, ia kembali sukses membuktikan pengorbanan cinta terhadap Allah tanpa menyengsarakan keluarganya tersebut. Kini daerah itu subur, makmur dan sejahtera.
Cinta identik dengan pengorbanan, pembuktian cinta dilalui lewat pengorbanan, pengorbanan cinta yang hakiki adalah tanpa mengorbankan cinta yang lain. Justru dengan membuktikan cinta kita pada sesuatu lewat pengorbanan, saat itu juga cinta kita ikut mekar pada objek cinta lainnya.
Pengorbanan sejati adalah yang menumbuhkan, bukan menggugurkan. Menghidupkan, bukan membinasakan. Memotivasi, bukan mengintimidasi.
Satu hal yang tak boleh dilupakan, Nabi Ibrahim saat kecil sudah mencari hakikat cintanya lewat pengembaraan tafakkur mencari dzat yang pantas untuk ia cintai selamanya, bukan bulan dan bukan pula matahari. Ia adalah yang menciptakan keduanya. Maka wajar ia bergelar kekasih Allah (kholilullah). Karena cinta di atas cinta. Cinta yang tak terbukti ibarat cinta yang tergadai.
#salamcinta
sumber https://umarmukhtar.home.blog/2019/08/12/cinta-tergadai/